SLA (service level agreement), adalah suatu kesepakatan antara penyedia
jasa dan pengguna jasa mengenai tingkat (mutu) layanan yang merupakan komponen
kunci keseluruhan strategi SLM (service level management) suatu organisasi TI.
SLA haruslah merupakan keterangan yang jelas, baik bagi pihak yang
menerima jasa maupun yang menyediakan jasa tersebut.
Alasan dalam pengembangan suatu kesepakatan dalam SLA, misalnya
konsultan TI dengan para pelanggannya, mencakup :
• Strategi SLM yang
baru diterapkan oleh suatu organisasi TI.
• Teknologi atau produk
baru yang akan “hidup” dari fase pengembangan atau pengujian.
• Kepedulian pelanggan
terhadap penyerahan jasa-jasa TI.
• Keinginan pelanggan
untuk memilih seberapa besar jasa yang mereka inginkan agar disediakan oleh TI.
Bagian penting dalam SLA yang harus dikembangkan :
Deskripsi Pelayanan
Dalam SLA harus tercantum
jasa-jasa yang disediakan. Menuliskan deskripsi yang rinci mengenai jasa-jasa yang
dibutuhkan para pelanggan
Penyedia jasa, biasanya, akan
membuat suatu service catalog (Katalog Jasa) untuk mempermudah
apa yang ingin dideskripsikan. Katalog tersebut harus memuat semua jasa yang disediakan,
termasuk berbagai aplikasi, infrastruktur, dan fungsi bisnis lainnya.
Bagi yang belum membuat service
catalog mungkin
akan menyadari bahwa cara terbaik untuk mulai mengumpulkan informasi bagi
katalog adalah berbicara dengan para pelanggan. Karena merekalah yang
mengetahui sistem-sistem apa yang mereka gunakan. Juga, service
desk dari
pelanggan, yang mengetahui jasa-jasa apa saja yang biasanya diminta oleh
pelanggan.
Salah satu tantangan yang
dihadapi koordinator SLM suatu organisasi adalah menerangkan kepada para
pelanggan mereka mengenai hubungan antara service
catalog dengan
SLA . Berhubung service catalog merupakan suatu dokumen
terpisah dari SLA, adalah penting untuk membuat keduanya mudah diakses;
intranet perusahaan adalah suatu tempat yang bagus bagi para pelanggan untuk
melihatnya.
Standarisasi Pelayanan
Setelah menetapkan jasa-jasa
apa saja yang disediakan, maka siap mempertimbangkan standarisasi, yang akan
mencakup konsep-konsep seperti aksesibilitas, kehandalan, waktu respon dan
resolusi.
Tiap pelayanan yang diberikan
juga akan memiliki jam operasi reguler dan waktu yang terjadwal untuk
perawatan. Informasi ini perlu diilustrasikan dalam SLA.
perlu menentukan apa yang
dapat ditawarkan pada para pelanggan jika terjadi suatu bencana atau keadaan
darurat.
Standarisasi lainnya yang
mungin ingin dilibatkan adalah waktu respon dan waktu resolusi. Akankah hal ini
sama bagi semua pelayanan, atau tergantung pada urgensi dan pengaruh bisnis?
Apapun yang diputuskan,
pastikan bahwa para pekerja TI yang akan menyampaikan pelayanan tersebut kepada
pelanggan memiliki pemahaman sampai setingkat mana mereka diharapkan bertindak.
Masa Berlaku
SLA harus menjelaskan kapan
kesepakatan itu mulai dan berakhir. Hal ini sangat penting, karena ia
menyangkut ketersediaan jasa yang diberikan dalam satu rentang waktu tertentu.
Tanggal mulainya SLA
memungkinkan untuk mulai memantau kinerja TI pada tanggal yang sama (kecuali
dinyatakan lain). Jika menyediakan pelayanan baru atau hanya perlu merevisi
pelayanan yang telah ditawarkan kepada pelanggan selama ini, beri waktu yang
cukup untuk mengomunikasikan rincian kesepakatan itu ke mereka.
Pertimbangkan kapan SLA akan
berakhir. Saat menegosiasikan kontrak perawatan atau penyewaan perlengkapan
untuk kepentingan pelanggan, mungkin untuk membuat kesepakatan jangka panjang
dengan penyedia jasa lainnya. Ingat hal itu saat bernegosiasi dengan pelanggan .
Peran dan Tanggung Jawab
Mengelola harapan pelanggan dan
TI itu sendiri dapat merupakan sesuatu yang rumit jika tidak menentukan
tanggung jawab semua pihak dalam SLA. Beberapa dari tanggung jawab pihak
pelanggan mungkin tergantung pada strategi TI perusahaan.
Misalnya, beberapa perusahaan
menekankan pentingnya akses langsung atau self-service untuk mempertahankan posisi
harga rendah. Jika hal ini benar mengenai organisasi milik pelanggan, mungkin
perlu meminta agar para pelanggan mempelajari materi-materi fasilitasi diri
sebelum menelepon bagian service desk.
Persyaratan mendasar lainnya
adalah bahwa para pelanggan menjadi familiar dengan standarisasi perusahaan
untuk berbagai pembelian dan penginstalan software PC. Para pelanggan juga diharapkan
akan melaporkan insiden-insiden yang terjadi ke service desk saat hal itu terjadi,
bukannya setelah berjam-jam kemudian.
Customer Representative
Umumnya, satu orang mewakili
seluruh pelanggan dengan tujuan mendiskusikan dan menegosiasikan penyampaian
layanan TI. Selain itu, perwakilan pelanggan ( customer
representative )
bertanggung jawab mengomunikasikan informasi yang dimuat dalam SLA kepada para
pelanggan yang diwakilinya.
Wakil pelanggan harus berasal
dari dalam organisasi, seorang direktur, bukan vice president atau officer
senior lainnya.
Karena, pada tingkatan organisasi tersebut, seorang direktur sadar akan
strategi unit bisnis dan mengerti permasalahan yang menyangkut karyawannya dan
juga layanan TI.
Service Level Manager
Akhirnya, orang yang
berkompeten atas pengelolaan tingkat layanan TI, yang biasa disebut Service
Level Manager ,
bertanggung jawab baik kepada pelanggan TI maupun departemen TI. Orang tersebut
akan juga bertemu secara rutin dengan wakil pelanggan untuk membahas kinerja
dan masalah pelayanan lainnya. Sebaiknya, pertemuan semacam itu setidaknya
dapat dilakukan tiap empat bulanan.
Kriteria Evaluasi
Tanpa kriteria evaluasi, tidak
memiliki sarana tujuan untuk menentukan sebaik apa organisasi TI bekerja. Pastikan
bahwa organisasi TI sudah memiliki perlengkapan untuk mengikuti apa yang
diminta oleh pelanggan sebelum menyetujuinya.
Salah satu keuntungan bersama
adanya SLA adalah bahwa pelanggan dapat menentukan bagaimana akan menilai
layanan yang akan mereka dapatkan. Dengan menetapkan ukuran-ukuran dari tujuan
yang diinginkan.
Para pelanggan mengharapkan
batasan-batasan yang berarti dan sesuai dengan keinginan mereka mengenai suatu
layanan TI. Karenanya, wajar bagi suatu organisasi TI untuk membuat
batasan-batasan kinerja yang menunjukkan kehandalan server yang dimiliki, waktu downtime tak terjadwal, dan
transaksi-transaksi yang terproses per menit.
Batasan-batasan ini sangat
penting artinya bagi organisasi TI, tapi kurang penting bagi para pelanggan.
Itu contoh batasan berdasarkan sistem, bukan apa yang dibutuhkan pelanggan saat
ini, yaitu batasan berdasarkan pelayanan. Misalnya, ukuran aksesibilitas suatu
aplikasi dapat dianggap berarti bila mampu merefleksikan penyampaian layanan
secara end-to-end,kemudahan akses aplikasi,
kebijakan, dan infrastruktur, tak hanya sekadar aplikasi. Selain itu menjadi
kebutuhan suatu SLA , mungkin perlu memasukkan berbagai ukuran lainnya karena
lingkungan yang spesifik.
Seberapa besar manfaat SLA
Jika masih belum yakin bahwa
SLA yang dibuat bersama-sama pelanggan sangat menguntungkan bagi kedua belah
pihak, pertimbangkan kembali hal ini. Membuat SLA bersama para pelanggan akan
memberi suatu pengertian yang lebih baik mengenai bisnis. Juga, dampak layanan
TI terhadap pelanggan dan kemampuan mereka menjalankan berbagai proses bisnis,
sehingga akhirnya membentuk hubungan yang lebih baik dengan pelanggan.